Nyelek gelumbang perahu bidar di sungi musi
janganla lupo meli telok abang
cantek rupo penyabar dan baek ati
adek manis brambot panjang di koncet kepang
lika liku banyu batang hari sembilan
mengaler bermuaro ke sungi musi jugo
elok la ku ngai si rupo cindo menawan
muat kakak siang tekenang malem tejago
pulau kemaro mela sungi musi ke sungsang
nak ke pusri laju tesasar ke kalidoni
badan saro pekeran resah ati teguncang
ngarep ke adek kalu be galak jadi bini
ay ya ya ya , ya saman
pecaknyo mudah tapi saro nian
ay ya ya ya , ya saman
nyari bini yang bener bener setolok'an
ay ya ya ya , ya saman
pecaknyo mudah tapi saro nian
ay ya ya ya , ya saman
nyari bini yang bener bener setolok'an
ay ya ya ya , ya saman
ya saman ya saman yaa saman
Siapa yang tidak kenal dengan lirik lagu diatas. Lagu dengan lirik berbahasa Palembang ini begitu kental ditelinga orang Palembang. Acara pernikahan, syukuran, lagu ini kerap dinyanyikan oleh masyarakat. Bahkan lagu ini sempat dinyanyikan oleh Band Armada saat Penutupan Sea Games ke-26 di Kota Palembang. Sedikit disayangkan, Band ini menyanyikan lagu tersebut di Penutupan Sea Games tanpa izin dari pencipta lagu tersebut. Yah tapi waktu telah berlalu.
Berawal dari pertemuan malam itu, selepas latihan bersama antara Semakbelukar dan Kamsul A.Harla. Aku menyempatkan untuk wawancara santai bersama beliau mengenai lagu Ya Saman yang begitu terkenal di Palembang. Berikut rangkuman obrolan mengenai asal muasal lagu Ya Saman.
Di Palembang, kata Ya Saman itu sendiri diucapkan untuk hal-hal yang menakjubkan. Misalnya untuk hal yang positif, “Ya saman, alangkah cantiknya cewek itu”. Atau hal yang negatif, “ Ya Saman, nakal nian budak ini”. Jadi tergantung intonasi pengucapan juga. Ucapan Ya Saman memiliki akar sejarah Islam di Palembang. Ucapan ini sering diucapkan oleh para pengikut Tarekat Samaniyah yang ada di Palembang dan hingga sekarang Tarekat itu masih ada di Palembang. Dinamai Samaniyah, merujuk pada pendirinya Syekh M.Saman, Ulama Madinah. Salah satu murid Tarekat ini, Syekh Abdul Samad membawa ajaran ini ke Palembang pada masa Kesultanan Mahmud Bahdarudin II. Kata ini sering diucapkan untuk sesuatu yang luarbiasa. Karena Tarekat ini berkembang di Palembang pada masa itu, kemudian diikutilah pengucapan kata “Ya Saman” oleh masyarakat setempat yang bukan pengikut Tarekat. Hingga akhirnya menjadi istilah umum yang digunakan masyarakat Palembang terutama tahun 1990 kebawah. Karena mempunyai akar sejarah yang bagus, maka Kamsul A.Harla mengabadikannya dalam syair lagu. Sedikit disesalkan oleh beliau, lagu ini agak slengek’an dan tercipta tanpa tahu akar sejarah yang menyangkut ulama pembawa ajaran ini. Mungkin saja kalau tahu akar sejarah sebelumnya lagu ini tidak akan seperti sekarang.
Foto diambil dari Facebook |
Lagu Ya Saman : Klik disini!
Facebook : Kamsul Arifuddin Harla
Sumber Video : Channel Youtube Ardiansyahiyan 007
(Sumber : wawancara santai dengan beliau langsung yang direkam melalui smartphone)
(Sumber : wawancara santai dengan beliau langsung yang direkam melalui smartphone)
Thank you for sharing this. It was helpful. Keep sharing such things.
BalasHapusThank you so much for sharing this. Would love to see more of these in the future. Keep up the good work!
BalasHapusI really appreciate your hard work. It is very useful and informative for me.
BalasHapusfilmorago mod apk