Kamis, 23 Februari 2023

The Sea Beast (2022)

Film ini ringan untuk diikuti, cerita antara perang monster dan manusia yang ternyata tak lebih dari propaganda manusia (kerajaan) yang berusaha mengumpankan manusianya sendiri untuk kekayaan kerajaan itu sendiri. Memanipulasi cerita dongeng dengan menerbitkan buku-buku cerita untuk anak-anak bahwa monster itu kejam telah merusak dengan mengganggu ketentraman manusia.

Cerita yang sengaja diciptakan untuk menimbulkan sebuah era perburuan monster bagi para manusia yang menjadi pemburu bak pahlawan yang akan hadir ditengah-tengah euforia peperangan.

Setiap monster yang berhasil diburu, kerajaan akan mendulang kekayaan dari jasad monster dan menciptakan sebuah cerita baru kekejaman monster dan pahlawan para pemburu.

Suatu ketika pemburu berkulit putih berbadan tegap dan anak kecil perempuan berkulit hitam terhisap kedalam perut monster. Alih-alih akan dimakan, yang terjadi monster justru menyelamatkan mereka dan mengubah stigma bahwa monster itu kejam. Si anak perempuan yang menyadari hal itu berusaha untuk mencari tahu masih banyak hal baru di dunia luar yang ternyata tidak diketahui/disembunyikan. Pemburu yang bersamanya berusaha menepis pendapat anak kecil tersebut. Karena, apa yang menjadi keyakinannya selama ini adalah benar, jika monster lah yang memulai peperangan ini. Tapi yang terjadi, malah menggoyahkan keyakinannya tersebut.

Film ini sangat menarik, sederhana secara visual menampilkan sosok monster yang tidak menyeramkan bahkan bisa dinikmati oleh anak kecil. Aku yang menonton bersama anakku usia menjelang 3 tahun terlihat menikmati film tersebut walau hanya di 20 menit pertama.  Adegan awal yang menampilkan pertarungan pemburu dan monster. 20 menit itu merupakan sebuah hal yang wajar bagi seorang anak kecil yang berusia dibawah 5 tahun untuk bisa fokus terhadap suatu hal tertentu. 

Kembali dalam film, jarang kutonton film animasi yang membawa isu kulit hitam dalam ceritanya. Salah satu adegan menarik, ketika anak kecil tersebut berusaha memotong tali yang akhirnya dibantu oleh pemburu perempuan berkulit hitam. Dialog yang ia ucapkan "seharusnya sudah lama kulakukan hal ini" sambil tersenyum. Adegan ini membuatku membayangkan sebuah aksi demonstrasi di dunia nyata terhadap kasus ras kulit hitam.  Sebuah kejadian memicu timbulnya pergerakan dari kelompok kulit hitam lainnya untuk turut bersuara dan banyak kejadian lainnya. Dalam film bagaimana ditunjukkan seorang anak kecil berkulit hitam melawan sebuah propaganda kerajaan dan berdiri di depan rakyat berteriak orasi mengatakan sebuah kebenaran yang ditutupi oleh kerajaan tersebut.

Secara global, propaganda tersebut juga lekat dengan apa yang terjadi di dunia nyata saat ini, bagaimana orang hebat memanipulasi sebuah cerita untuk kita yakini bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Media yang mereka buat mendukung cerita yang mereka sampaikan, setiap harinya kita dipaksa untuk mendengarkan dan dipertontokan dan kita diharuskan mengikuti aturan yang mereka buat.

Dalam sehari-hari di sekitar kita, cerita-cerita orang tua dulu bahkan bisa jadi propaganda untuk menakuti kita agar lebih menurut dengan omongan mereka. Contoh, jangan bersiul dimalam hari, nanti memanggil setan datang. Padahal mungkin pada saat itu, bersiul mengganggu waktu orang untuk istirahat, dan masih banyak lagi lainnya.

- Desember 2022 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar